Pembangunan pedesaan: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
(12 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Growing_as_a_community_in_rural_DR_Congo_%287609967072%29.jpg| |
[[Berkas:Growing_as_a_community_in_rural_DR_Congo_%287609967072%29.jpg|jmpl|Anggota [[kelompok tani]] masyarakat bekerja di [[ladang]] mereka masyarakat dekat kota [[Masi Manimba]], Provinsi [[Bandundu]], DRC.]] |
||
'''Pembangunan pedesaan''' adalah [[pembangunan]] berbasis [[pedesaan]] dengan mengedepankan [[kearifan lokal]] [[kawasan]] [[pedesaan]] yang mencakup struktur [[demografi masyarakat]], karakteristik [[sosial]] [[budaya]], karakterisktik fisik/[[geografis]], pola kegiatan usaha [[pertanian]], pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor [[lembaga|kelembagaan]] [[desa]], dan karakteristik [[kawasan]] [[pemukiman]]. |
'''Pembangunan pedesaan''' adalah [[pembangunan]] berbasis [[pedesaan]] dengan mengedepankan [[kearifan lokal]] [[kawasan]] [[pedesaan]] yang mencakup struktur [[demografi masyarakat]], karakteristik [[sosial]] [[budaya]], karakterisktik fisik/[[geografis]], pola kegiatan usaha [[pertanian]], pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor [[lembaga|kelembagaan]] [[desa]], dan karakteristik [[kawasan]] [[pemukiman]].<ref name="Pembangunan Pedesaan">{{cite web|url=http://www.sudutdesa.club|title=Pembangunan Pedesaan|author=A. Helmy Faishal Zaini|accessdate=14 Mei 2014}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref name="Daldjoeni, N dan A. Suyitno 2004">{{Cite book|author= Daldjoeni, N dan A. Suyitno|title=Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan|publisher=PT. Alumni|location=Bandung|year=2004 }}</ref> |
||
Fenomena kesenjangan perkembangan antar wilayah di suatu negara, meliputi wilayah-wilayah yang sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang berkembang memicu [[kesenjangan sosial]] antar wilayah. |
Fenomena kesenjangan perkembangan antar wilayah di suatu negara, meliputi wilayah-wilayah yang sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang berkembang memicu [[kesenjangan sosial]] antar wilayah.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Hulme, David & M. Turner 1990">{{Cite book|author= Hulme, David & M. Turner|title=Sociology of Development: Theories, Policies and Practices|url= https://archive.org/details/sociologydevelop0000davi|publisher=Harvester Whearsheaf|location=Hertfordshire|year=1990 }}</ref> Salah satu faktor terjadi kesenjangan antara desa dan kota karena pembangunan [[ekonomi]] sebelumnya cenderung [[bias kota]] (''urban bias'').<ref name="Pembangunan Pedesaan"/> Sebagai dampak pemberlakuan model pembangunan yang bias perkotaan, sektor [[pertanian]] yang identik dengan [[ekonomi perdesaan]] mengalami kemerosotan.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Adisasmita, Rahardjo 2006">{{Cite book|author= Adisasmita, Rahardjo|title=Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan|publisher=Graha Ilmu|location=Yogyakarta|year=2006 }}</ref> Dibandingkan dengan pertumbuhan [[sektor]] [[industri]] dan [[jasa]], yang [[identik]] dengan [[ekonomi perkotaan]], [[sektor]] [[pertanian]] menjadi semakin tertinggal.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Adisasmita, Rahardjo 2006"/> Untuk mengatasi hal tersebut, setiap negara mencoba melakukan tindakan [[intervensi]] untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah dengan melakukan pembangunan pedesaan.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/> |
||
Faktor-faktor kemiskinan yang terjadi di masyarakat pedesaan cenderung lebih bersifat struktural dibandingkan bersifat kultural. |
Faktor-faktor kemiskinan yang terjadi di masyarakat pedesaan cenderung lebih bersifat struktural dibandingkan bersifat kultural.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Daldjoeni, N dan A. Suyitno 2004"/> Dalam kasus ini, masyarakat [[pedesaan]] diidentikkan dengan perilaku dan sikap yang dianggap kolot dan tradisional dihadapkan dengan sikap dan perilaku orang kota yang maju dan modern.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/> Terjadinya keterbelakangan sosial masyarakat desa dalam pembangunan dinisbatkan karena sulitnya masyarakat desa menerima budaya modernisasi, sulit untuk menerima teknologi baru, malas, dan tidak mempunyai motivasi yang kuat, merasa cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan pokok yang paling dasar, dan budaya berbagi kemiskinan bersama.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Daldjoeni, N dan A. Suyitno 2004"/> |
||
Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat fondasi perekonimian negara, mempercepat pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah, sebagai solusi bagi perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan. |
Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat fondasi perekonimian negara, mempercepat [[pengentasan kemiskinan]] dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah, sebagai solusi bagi [[perubahan sosial]], desa sebagai basis perubahan.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/> Dalam realisasinya, pembangunan pedesaan memungkinkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi digerakkan ke pedesaan sehingga desa menjadi tempat yang menarik sebagai tempat tinggal dan mencari penghidupan.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/> [[Infrastruktur]] desa, seperti irigasi, sarana dan prasarana transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, kesehatan dan sarana- sarana lain yang dibutuhkan, harus bisa disediakan sehingga memungkinkan desa maju dan berkembang.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Daldjoeni, N dan A. Suyitno 2004"/> |
||
Skala prioritas pembangunan pedesaan yang berbasis pada pengembangan pedesaan (''rural based development''), meliputi |
Skala prioritas pembangunan pedesaan yang berbasis pada pengembangan pedesaan (''rural based development''), meliputi:<ref name="Pembangunan Pedesaan"/> |
||
* (1) [[pengembangan ekonomi lokal]]; |
* (1) [[pengembangan ekonomi lokal]]; |
||
* (2) [[pemberdayaan masyarakat]]; |
* (2) [[pemberdayaan masyarakat]]; |
||
Baris 15: | Baris 15: | ||
* (4) [[pengembangan kelembagaan]]. |
* (4) [[pengembangan kelembagaan]]. |
||
Selanjutnya, model [[intervensi]] terhadap proses pembangunan pedesaan bertumpu pada pandangan yang menganggap bahwa pengkotaan pedesaan (''rural urbanization'') yang berdasarkan pengembangan perkotaan dan pedesaan sebagai kesatuan ekonomi dan [[kawasan]] serta pengembangan kegiatan [[pertanian]] secara modern melalui mekanisasi dan industrialisasi pertanian dan penerapan standar pelayanan minimum yang sama antara desa dan kota. |
Selanjutnya, model [[intervensi]] terhadap proses pembangunan pedesaan bertumpu pada pandangan yang menganggap bahwa pengkotaan pedesaan (''rural urbanization'') yang berdasarkan pengembangan perkotaan dan pedesaan sebagai kesatuan ekonomi dan [[kawasan]] serta pengembangan kegiatan [[pertanian]] secara modern melalui mekanisasi dan industrialisasi pertanian dan penerapan standar pelayanan minimum yang sama antara desa dan kota.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Korten, David C. 1984">{{Cite book|author= Korten, David C.|title=Pembangunan yang Memihak Rakyat|publisher=Lembaga Studi Pembangunan|location=Jakarta|year=1984}}</ref> Dalam intervensi pembanguan pedesaan digunakan analisis terhadap anatomi desa sehingga tidak [[kontraproduktif]] dalam merealisasikan pembangunan pedesaan.<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Hulme, David & M. Turner 1990"/> Anatomi tersebut mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial- budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman sehingga dalam pembangunan pedesaan berlandaskan pada [[kearifan lokal]].<ref name="Pembangunan Pedesaan"/><ref name="Daldjoeni, N dan A. Suyitno 2004"/> |
||
== Lihat juga == |
== Lihat juga == |
||
Baris 25: | Baris 25: | ||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Pembangunan desa| ]] |
||
[[Kategori:Ekonomi Pembangunan]] |
Revisi terkini sejak 17 Agustus 2024 06.43
Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman.[1][2]
Fenomena kesenjangan perkembangan antar wilayah di suatu negara, meliputi wilayah-wilayah yang sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang berkembang memicu kesenjangan sosial antar wilayah.[1][3] Salah satu faktor terjadi kesenjangan antara desa dan kota karena pembangunan ekonomi sebelumnya cenderung bias kota (urban bias).[1] Sebagai dampak pemberlakuan model pembangunan yang bias perkotaan, sektor pertanian yang identik dengan ekonomi perdesaan mengalami kemerosotan.[1][4] Dibandingkan dengan pertumbuhan sektor industri dan jasa, yang identik dengan ekonomi perkotaan, sektor pertanian menjadi semakin tertinggal.[1][4] Untuk mengatasi hal tersebut, setiap negara mencoba melakukan tindakan intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah dengan melakukan pembangunan pedesaan.[1]
Faktor-faktor kemiskinan yang terjadi di masyarakat pedesaan cenderung lebih bersifat struktural dibandingkan bersifat kultural.[1][2] Dalam kasus ini, masyarakat pedesaan diidentikkan dengan perilaku dan sikap yang dianggap kolot dan tradisional dihadapkan dengan sikap dan perilaku orang kota yang maju dan modern.[1] Terjadinya keterbelakangan sosial masyarakat desa dalam pembangunan dinisbatkan karena sulitnya masyarakat desa menerima budaya modernisasi, sulit untuk menerima teknologi baru, malas, dan tidak mempunyai motivasi yang kuat, merasa cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan pokok yang paling dasar, dan budaya berbagi kemiskinan bersama.[1][2]
Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat fondasi perekonimian negara, mempercepat pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah, sebagai solusi bagi perubahan sosial, desa sebagai basis perubahan.[1] Dalam realisasinya, pembangunan pedesaan memungkinkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi digerakkan ke pedesaan sehingga desa menjadi tempat yang menarik sebagai tempat tinggal dan mencari penghidupan.[1] Infrastruktur desa, seperti irigasi, sarana dan prasarana transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, kesehatan dan sarana- sarana lain yang dibutuhkan, harus bisa disediakan sehingga memungkinkan desa maju dan berkembang.[1][2]
Skala prioritas pembangunan pedesaan yang berbasis pada pengembangan pedesaan (rural based development), meliputi:[1]
- (1) pengembangan ekonomi lokal;
- (2) pemberdayaan masyarakat;
- (3) pembangunan prasarana dan sarana; dan
- (4) pengembangan kelembagaan.
Selanjutnya, model intervensi terhadap proses pembangunan pedesaan bertumpu pada pandangan yang menganggap bahwa pengkotaan pedesaan (rural urbanization) yang berdasarkan pengembangan perkotaan dan pedesaan sebagai kesatuan ekonomi dan kawasan serta pengembangan kegiatan pertanian secara modern melalui mekanisasi dan industrialisasi pertanian dan penerapan standar pelayanan minimum yang sama antara desa dan kota.[1][5] Dalam intervensi pembanguan pedesaan digunakan analisis terhadap anatomi desa sehingga tidak kontraproduktif dalam merealisasikan pembangunan pedesaan.[1][3] Anatomi tersebut mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial- budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman sehingga dalam pembangunan pedesaan berlandaskan pada kearifan lokal.[1][2]
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p A. Helmy Faishal Zaini. "Pembangunan Pedesaan". Diakses tanggal 14 Mei 2014.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b c d e Daldjoeni, N dan A. Suyitno (2004). Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan. Bandung: PT. Alumni.
- ^ a b Hulme, David & M. Turner (1990). Sociology of Development: Theories, Policies and Practices. Hertfordshire: Harvester Whearsheaf.
- ^ a b Adisasmita, Rahardjo (2006). Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
- ^ Korten, David C. (1984). Pembangunan yang Memihak Rakyat. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan.