[go: nahoru, domu]

Kim Wonsul (김원술, 金元述, ?-?) merupakan putra kedua Jenderal Silla, Kim Yushin, dan bekerja dibawah pemimpin Silla yang ke-30, Raja Munmu, dan memainkan peranan utama dalam membela kerajaan melawan Tang Cina setelah menguasai Goguryeo dan Baekje pada tahun 668.

Latar Belakang

sunting

Kim Wonsul merupakan putra kedua Jenderal Kim Yushin, dan keturunan langsung Raja Suro, pendiri Geumgwan Gaya. Kim Wonsul merupakan anggota Silla kelas Jinggol, dan naik pangkat dari jenderal tingkat rendah pada saat Goguryeo jatuh ke tangan aliansi Silla-Tang.

Perang Unifikasi

sunting

Pada tahun 660, kerajaan Baekje jatuh ke tangan musuh aliansi Silla-Tang. Baekje kemudian diikuti oleh kerajaan Goguryeo, yang jatuh pada tahun 668 ke tangan aliansi Silla-Tang juga. Reputasi Jenderal Kim Yushin sebagai jenderal yang terhebat di Silla meningkat pada masa-masa perang unifikasi tersebut.

Jenderal Won-Sul dekat Kastel Baeksu di bulan Agustus 672, memerangi pasukan Dinasti Tang. Pasukan Silla kelihatannya memenangkan peperangan tersebut pada awalnya. Namun, mereka mengejar pasukan Cina yang mundur dan jatuh ke dalam perangkap yang membunuh tujuh orang jenderal dan menewaskan pasukan tentara yang tak terhitung jumlahnya. Karena Wonsul menyadari bahwa kekalahan tersebut tak dapat terelakkan, ia siap untuk mati dengan meloncat ke garis musuh. Namun penjaganya menghalanginya dan berkata, “Tidak sulit bagi seseorang yang berani untuk mati. Yang lebih sulit adalah memilih kapan untuk mati. Mati sia-sia lebih buruk daripada membalas dendam kemudian." Wonsul menjawab, “Seorang laki-laki tidak akan pernah mau hidup memalukan" dan kemudian memacu kudanya untuk maju. Namun penjaganya menghalanginya dengan memegang tali kudanya dan tidak ingin melepaskannya. Wonsul tidak mati di medan perang dan kembali ke Gyeongju.

Diabaikan & Penebusan

sunting

Dengan marah, Yushin meminta Raja Munmu untuk mengeksekusi putranya yang memalukan itu. Ia sangat serius tentang eksekusi tersebut, karena Silla kehilangan jenderal sebanyak tujuh orang di medan perang. Namun Raja Munmu menolak untuk menghukum Wonsul. Karena malu pada dirinya sendiri dan takut menghadapi ayahnya, Wonsul menyembunyikan dirinya di sebuah tempat terpencil.

Di bulan Juni tahun 673, rakyat menyaksikan beberapa lusin pasukan berbaju besi dan bersenjata di tangan mereka masing-masing berjalan keluar dari rumah Yushin. Kemudian, mereka menghilang tanpa bekas. Mendengar kejadian aneh tersebut, Yushin berkata, “Mereka adalah prajurit penjaga langit yang melindungiku. Sekarang keberuntunganku sudah punah. Aku akan segera mati." Pada tanggal 1 Juli 673, Jenderal Kim Yushin wafat pada usia 79 tahun.

Wonsul kembali ke rumahnya untuk menghadiri upacara pemakaman ayahnya. Namun ibunya, Lady Jiso, menolaknya, meskipun ia telah difitnah sebagai seorang pengecut. Ia berkata, “Bagaimana aku bisa menjadi ibu dari seorang putra yang bukan putra ayahnya." Wonsul menangis dan kembali ke tempat persembunyiannya.

Di bulan September tahun 675, Wonsul kembali perang dengan Tang yang menyerang. Ia berperang dengan gagah berani dan siap mati di medan perang. Sebagai hasilnya, ia mencapai suatu kemenangan yang hebat atas pasukan Tang. Ketika perang usai, ia dijadwalkan untuk menerima penghargaan tinggi di Gyeongju. Namun ia tidak pernah kembali ke Gyeongju dan pergi ke atas pegunungan untuk menyesali ketidakhormatannya pada orangtuanya.

Kematian

sunting

Kim Wonsul menghabiskan sepanjang hidupnya kelaparan di atas pegunungan, dan meninggal pada usia muda namun tahunnya tidak diketahui.

Lihat Pula

sunting