Uluere, Bantaeng
Uluere adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Uluere | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Kabupaten | Bantaeng |
Pemerintahan | |
• Camat | - |
Populasi | |
• Total | - jiwa |
Kode Kemendagri | 73.03.06 |
Kode BPS | 7303011 |
Luas | - km² |
Desa/kelurahan | - |
Wilayah administratif
suntingUluere merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Indonesia.[1] Luas wilayah Kecamatan Uluere adalah 67,29 km2.[2]
Desa Bonto Daeng
suntingWilayah Desa Bonto Daeng merupakan pegunungan dengan ketinggian rata-rata 800 meter di atas permukaan laut. Luas wilayahnya adalah 10,31 km2. Lahan di Desa Bonto Daeng dimanfaatkan sebagai permukiman, persawahan dan perkebunan. Titik koordinat Desa Bonto Daeng ialah 05 ̊26' 46'' Lintang Selatan dan 119 ̊ 54' 47'' Bujur Timur. Kemiringan lereng di Desa Bonto Daeng antara 0–15º.[3]
Desa Bonto Daeng berbatasan dengan desa-desa lain di Kecamatan Uluere. Di sebelah utara, Desa Bonto Daeng berbatasan dengan Desa Bonto Tallasa. Lalu di sebelah selatan, Desa Bonto Daeng berbatasan dengan Desa Bonto Marannu. Kemudian di sebelah timur, Desa Bonto Daeng berbatasan dengan Desa Bonto Tangnga. Sedangkan di sebelah barat, Desa Bonto Daeng berbatasan dengan Desa Bonto Rannu.[4]
Desa Bonto Lojong
suntingDi Desa Bonto Lojong terdapat sebuah hulu sungai yaitu hulu sungai Bajang. Sebagian besar aliran sungai Bajang mengalir ke Kabupaten Bulukumba. Penduduk di Kabupaten Bulukumba memanfaatkan air dari sungai Bajang untuk irigasi.[5]
Demografi
suntingPada tahun 2018, jumlah penduduk di Kecamatan Uluere sebanyak 11.419 jiwa.[6]
Tata guna lahan
suntingKawasan agrowisata
suntingPemerintah Kabupaten Bantaeng telah menetapkan Kecamatan Uluere sebagai kawasan agrowisata. Lahan seluas 60 hektare di Kecamatan Uluere dijadikan sebagai lokasi perkebunan apel dan stroberi.[7] Lahan sisa yang masih kosong di antara apel dan stroberi digunakan untuk menanam wortel, bawang merah dan kentang.[8]
Di Kecamatan Uluere juga telah ada kawasan penanaman bunga yang dinamakan Kawasan Loka. Jenis bunga yang dibudidayakan ialah bunga serunai. Kawasan Loka menjadi bagian dari kawasan agrowisata Kecamatan Uluere yang memiliki pasar khusus untuk penjualan bunga.[9] Kawasan Loka terletak di Desa Bonto Marannu. Pengembangan agrowisata di kawasan ini menerapkan sistem hortikultura dan ditanami pula dengan tanaman jeruk.[10]
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Ismail, La Ode, ed. (2018). Keluarga Tiri Desa Pa'bentengang (PDF). Gowa: Pusaka Almaida. hlm. 82. ISBN 978-602-5813-92-4.
- ^ Nas, J., dan Zulfikar, A., ed. (2018). E-Voting di Bantaeng: Mengubah Mindset Masyarakat. Penerbit De La Macca. ISBN 978-602-263-143-9.
- ^ Anwar 2018, hlm. 27.
- ^ Anwar 2018, hlm. 26-27.
- ^ Supratman dan Sahide, M. A. K. (2013). Sakti, Danang K., ed. Hutan Desa dan Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa di Kabupaten Bantaeng. Jakarta: Direktorat Bina Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan. hlm. 45.
- ^ Darto, Darto, ed. (2019). Model Kepemimpinan Kewirausahaan Daerah. Samarinda: Lembaga Administrasi Negara. hlm. 32.
- ^ Yanna, A. A., dkk. (2018). Knowledge Sharing: Praktik-Praktik Cerdas (PDF). Direktorat Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan. hlm. 90. ISBN 978-623-90225-3-2.
- ^ Langgara, A. Novita (2020). Rasyid, Ridwan F., ed. 5 Tahun Bersama Prof Nurdin Abdullah: Sebuah Otobiografi Singkat. Rayhan Intermedia. hlm. 82–83.
- ^ Fahruddin. Biografi Nurdin Abdullah. Jakarta Selatan: Noura Books. hlm. 121. ISBN 978-602-385-362-5.
- ^ Biografi/Profil Bupati dan Walikota Seluruh Indonesia (edisi ke-II). Jakarta: Askrida. 2005. hlm. 15.
Daftar pustaka
sunting- Anwar, Muh., ed. (2018). Senja Kabut dan Cerita yang Telah Usai di Bonto Daeng (PDF). Gowa: Pusaka Almaida. ISBN 978-602-5813-98-6.