Kuaxares II
Kuaxares II (bahasa Yunani Kuno: Κυαξάρης Β΄, transliterasi: Kuaxárēs II) adalah seorang raja kerajaan Media yang sejarahnya dicatat oleh sejarawan Yunani, Xenophon. Sejumlah teori mengidentifikasikannya dengan "Darius orang Media" yang disebut dalam Kitab Daniel. Namanya tidak pernah disinggung dalam catatan-catatan sejarawan Yunani lainnya, Herodotus atau Ctesias, sehingga banyak sarjana tadinya meragukan keberadaannya. Namun, pertanyaan tentang kekuasaannya mempengaruhi pandangan apakah kerajaan Media bergabung secara damai dengan Persia sekitar tahun 537 SM, sebagaimana dicatat oleh Xenophon (8.6.22, 8.7.1), atau ditaklukkan melalui pemberontakan oleh orang Persia terhadap kakek Koresh Agung pada tahun 559 SM, jika dihitung dari catatan Herodotus (1.214) dan yang lebih banyak diterima saat ini.
Kyrou Paideia karya Xenophon
[sunting | sunting sumber]Menurut tulisan Xenophon Kyrou Paideia (1.5.2), Kuaxares II meneruskan tahta raja Astyages sebagai penguasa kekaisaran Media, dan ia juga saudara laki-laki Mandane, ibu Koresh Agung (1.2.1, 1.4.7). Dicatat bahwa Koresh, pewaris tahta kerajaan Persia, memimpin tentara Media-Persia menguasai Babel pada tahun 539 SM, sementara pamannya Kuaxares tinggal di Ektabana.[1] Kuaxares saat itu sudah berusia lanjut,[2] dan karena Koresh yang memimpin pasukan, maka Koresh yang dianggap sebagai raja. Setelah Koresh mengalahkan Babel, ia mengundang Kuaxares untuk menduduki istana yang disiapkan baginya di Babelo, maka Kuaxares memberikan putrinya (saudara sepupu Koresh) menjadi istri Koresh, dengan mahar kerajaan Media.[3] Kuaxares secara nominal memerintah dari Babel sebagai pemimpin kekaisaran Media-Persia selama dua tahun sampai kematiannnya,[4] meskipun kekuasaan yang sesungguhnya ada di tangan Koresh.[4] Setelah kematian Kuaxares, kekaisaran berpindah tangan secara damai kepada Koresh.[4]
Xenophon adalah seorang tentara bayaran asal Yunani yang berperang dalam perang saudara Persia antara Koresh yang Muda dan saudara laki-lakinya Artaxexes II dari Persia. Cerita mengenai 10.000 tentara bayaran Yunani dicatat dalam karya Xenophon yang paling terkenal, Anabasis. Xenophon berperang di sisi Koresh dan sangat mengaguminya. Setelah Koresh terbunuh, Xenophon menjadi pemimpin tentara bayaran Yunani dalam perjalanan jauh mereka meninggalkan wilayah yang dikuasai oleh Persia. Karena ia sangat mengenal Koresh Muda dan para pembantunya, ia juga berkesempatan untuk mengenal pengenangan orang-orang istana Persia terhadap Koresh Agung.
Ketika Xenophon menulis Kyrou Paideia ("Pendidikan Koresh" ; the Education of Cyrus) beberapa tahun kemudian, Histories karya Herodotus sudah diterbitkan. Mengani pertumbuhan Koreswh Agung, Herodotus menyatakan bahwa ia memilih salah satu dari cerita-cerita yang pernah didengarnya, tetapi ada tiga cerita lain yang tidak dipilihnya untuk diceritakan (1.95). Cerita yang dipilih itu diadaptasi dari mitos-mitos yang umum beredar pada masa itu, yaitu bahwa Koresh mengalahkan kakek kandungnya dari pihak ibu, Astyages, raja Media. Xenophon tentunya dapat mengetahui adanya cerita ini dari Herodotus, tetapi rupanya ia tidak mempercayainya, karena catatannya mengenai masa muda Koresh jauh berbeda. Herodotus dan Xenophon sepakat bahwa ibu Koresh adalah Mandane dari Media, putri Astyages, tetapi Herodotus mengatakan bahwa ayah Koresh, Cambyses I, bukannya orang yang "mempunyai status layak" untuk menjadi raja atau ayah seorang raja (1.07); sebaliknya, Xenophon menyatakan bahwa Cambyses adalah raja Persia. Berbeda dengan Herodotus, yang menyatakan Korech memberontak terhadap kakeknya dan merebut tahta Media, Xenophon menulis bahwa Astyages meninggal dan digantikan oleh putranya, Kuaxares (II) menjadi raja Media beberapa waktu sebelum Koresh menjadi putra mahkota/raja muda Persia dan pemimpin bala tentara dalam peperangan.
Penemuan silinder Koresh memberi bukti bahwa Xenophon, bukan Herodotus, yang benar mengenai leluhur Koresh. Di sana, Koresh menyatakan bahwa ia adalah "putra Cambyses, raja agung, raja Anshan, cucu Cyrus, raja agung, raja Anshan, keturunan Teispes, raja agung, raja Anshan, dari keluarga raja-raja"[5]
Kontroversi nama
[sunting | sunting sumber]Friedrich König mengira Xenophon merancukan Kuaxares dengan nama kakeknya, yaitu ayah dari Astyages, dengan nama yang sama.[6] Namun, tidaklah aneh di antara para raja untuk diberi nama yang sama dengan leluhurnya. Ini juga terjadi baik dengan Koresh Agung[7] dan Kambisus II.[8] Darius (I) Hystaspes mempunyai seorang cucu bernama Darius yang merupakan ahli waris, tetapi terbunuh sebelum menjadi raja.
Debat mengenai keberadaan Kuaxares II
[sunting | sunting sumber]Kuaxares II banyak digambarkan di dalam karya Xenophon Cyropaedia. Sebaliknya, tidak disebut sama seklai dalam Histories karya Herodotus, yang tidak menyisakan tempat untuk Cyaxeres II. Herodotus menyatakan bahwa raja Media, Astyages, tidak mempunyai putra dan penerus tahtanya maupun tahta Persia adalah Koresh Agung.[9]
Paling tidak sejak masa Hieronimus[10] sampai abad ke-19, banyak penulis, baik orang Yahudi maupun Kristen, menerima keberadaan Kuaxares II. Ia dikenal sebagai raja Media di akhir kekaisaran Babel dalam komentari Alkitab karya John Calvin, Adam Clarke, Keil dan Delitzsch, serta Lange. Dalam komentari Lange, Otto Zöckler menyebutkan Gesenius, Hengestenberg, dan banyak penulis pada zaman itu telah menyamakan Kuaxares II dengan Darius orang Media dalam Kitab Daniel.[11] < Komentari-komentari ini mencatat kemiripan antara Kuaxares II yang digambarkan oleh Xenophon dengan Darius orang Media yang dapat digambarkan dari catatan-catatan pendek dalam Kitab Daniel. Dalam pandangan mereka, perbedaan nama dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa raja-raja pada masa itu— termasuki Artaxexres I, Darius II, Artaxerxes III, Darius III—mempunyai nama tahta di samping nama pribadi mereka.[12] Dalam kasus Kuaxares II, Harpocration dan Berossus dikutip sebagai bukti bahwa nama tahta Kuaxares II adalah Darius.[13][14] Mengenai korelasi antara Kuaxares dan Darius orang Mede, Zöckler menulis, "kisah yhang dicatat oleh Xenophon mengenai Kuaxares secara lengkap bersesuaian dengan naratif Daniel mengenai Darius orang Media, sehingga, sebagaimana diakui Hitzig, 'identitas keduanya tidak dapat diragukan lagi.'"[15]
Bukti yang menguatkan
[sunting | sunting sumber]Sumber-sumber ini umumnya saling mendukung dalam satu dan lain hal mengenai keberadaan Kuaxares II sebagai raja penerus Astyages pada tahta kerajaan Media, dan yang terus memerintah sampai beberapa tahun setelah Babel dikuasai oleh gabungan tentara Media dan Persia serta para sekutu mereka. Daftar ini disusun menurut waktu penyusunan diawali dengan yang paling tua.
Stele Harran
[sunting | sunting sumber]Stela Harran (Harran Stele)[16] dibuat pada tahun ke-14 atau ke-15 pemerintahan raja Babel, Nabonidus, yaitu sekitar 542-540 SM, dalam peringatan restorasi kuil di Ehulhul yang dilakukannya.[17] Nabonidus menyatakan bahwa pada tahun ke-10 pemerintahannya (546/5 SM), raja-raja musuhnya mengundangnya kembali ke Babel. Raja-raja itu dikatakannya adalah "raja-raja negeri Mesir, negeri [v.l. untuk KUR: URU, kota] orang Media, negeri Arab dan negeri-negeri lain yang bermusuhan". Nilai pentingnya terletak pada kenyataan bahwa ini ditulis hanya beberapa tahun sebelum Nabonidus direbut kerajaannya oleh orang Media dan Persia. Kalau dikaitkan dengan catatan Herodotus, ini bertepatan dengan 13 atau 14 tahun setelah Koresh menguasai Media dan menjadi penguasa kerajaan gabungan Media-Persia pada tahun 559 SM, tetapi nyatanya Nabonidus tidak menyebut Persia, mendukung tulisan Xenophon bahwa saat itu kerajaan Persia masih menjadi sekutu yang lebih kecil dalam konfederasi Media-Persia, di mana Koresh menjadi raja muda di bawah pamannya, Kuaxares II, raja Media. Tidak ada dalam catatan sejarah manapun bahwa Koresh disebut sebagai raja Media, selain sebagai "raja Anshan", "raja Persia", "raja agung" dan gelar yang serupa. Dengan demikian, Stele Harran memberi bukti bahwa beberapa tahun sebelum Babel jatuh, raja Media, yang tidak disebut namanya, dianggap musuh Babel yang lebih penting daripada Koresh maupun Persia, yang sama sekali tidak disinggung.
Ukiran Persepolis
[sunting | sunting sumber]Pembangunan kota Persia, Persepolis, dimulai pada awal pemerintahan Darius I (522–486 SM), kemungkinan tahun 515 SM, dan selesai pada pemerintahan putranya, Xerxes (486–465 SM).[18] Tangga raksasa istana Apadana merupakan bagian pertama pembangunannya. Pahatan-pahatan pada tangga tersebut menggambarkan para bangsawan Persia dan Media, tanpa perbedaan kedudukan.[19][20] Penggambaran kesetaraan orang Persia dan Media ini tidak konsisten dengan cerita Herodotus bahwa orang Persia "menaklukkan" dan menjadikan orang Media "budak-budak" sekitar 20 tahun sebelum jatuhnya Babel (Histories 1.129,130). Hal ini lebih konsisten dengan gambaran dalam Cyropaedia mengenai konfederasi dua bangsa, yaitu Media dan Persia, di mana orang Media asalnya merupakan sekutu yang lebih senior dalam konfederasi itu.
Aeschylus dalam Persai
[sunting | sunting sumber]Drama tragedi karya Aeschylus berjudul Πέρσαιs (Persai, berarti "Orang-orang Persia") ditulis pada tahun 472 SM. Ia hidup sejaman dengan Darius Hystaspes (522–486 SM) dan putranya Xerxes (486–465 SM). Ia berperang melawan tentara Persia di Marathon dan Salamis. Drama Persai ditulis sebelum Xenophon maupun Herodotus, dan karenanya bebas dari pengaruh kedua sumber tersebut. Drama itu merupakan penggambaran kekalahan tentara Persia oleh tentara Yunani di Salamis (486 SM). Di dalamnya, roh Darius I menggambarkan ada dua raja Media yang mendahului Koresh sebagai penguasa gabungan Media-Persia:
Karena orang Media adalah pemimpin gabungan pertama kami;
Dan yang lain, putranya, menyelesaikan pekerjaan ini,
Karena pikiran[-nya] mengarahkan niatnya.
Dan orang ketiga darinya adalah Koresh, seorang yang beruntung;
Ketika ia memerintah, ia membuat perdamaian untuk semua rakyatnya.
Dalam catatan sejarah Herodotus, dua raja Media yang mendahului Koresh adalah Kuaxares I dan putranya Astyages. Namun menurut Herodotus sendiri, Kuaxares I tidak mendirikan konfederasi Media-Persia, dan Astyages tidak "menyelesaikan pekerjaan ini"; melainkan ditulis bahwa ia kehilangan tahtanya karena kalah berperang melawan Koresh. Perbedaan catatan antara Aeschylus dengan Herodotus mengenai sejarah dasar orang Media dan Persia sedemikian jelas sehingga Walther Kranz menyatakan, "Tentunya orang dapat mengeluh, bahwa Aeschylus (sebagaimana para pendengarnya) tidak tahu apa-apa mengenai revolusi besar di Timur yang melibatkan perubahan kekuasaan kepada orang Persia."[21] Steven Anderson menulis, "Upaya menyatukan pendapat Aeschylus dengan Herodotus tidak dapat terjadi, bukan saja karena problem mengkorelasikan raja-raja Media, tetapi juga karena problem konfederasi Media-Persia. Aeschylus menunjukkan bahwa orang Media dan Persia disatukan sebagai sekutu pada pemerintahan raja Media pertama dalam daftarnya, dan tidak mengindikasikan adanya pendudukan dengan kekerasan atas orang Media oleh Koresh, sebagaimana ditulis oleh Herodotus."[22]
Penafsiran pada ahli sastra klasik mengidentifikasikan dua raja Media sebelum Koresh dalam drama ini adalah Astyages dan Kuaxares II. Ini juga yang diyakini oleh Thomas Stanley, penyunting edisi standar karya-karya Aeschylus dari abad-abad ke-17 sampai ke-19. Aeschylus menunjukkan bahwa Astyages raja Media memulai suatu konfederasi dengan orang Persia dengan memberikan putrinya, Mandane, untuk dinikahi oleh Cambyses, raja Persia, dan kelak melahirkan Koresh. Pernikahan ini didukung oleh catatan-catatan sejarah oleh Herodotus dan Xenophon. "Dalam konteks Timur Dekat purba, pernikahan semacam itu menandai pembentukan suatu persekutuan politik, dan tampaknya Astyages membentuk persekutuan dengan Persia dengan pandangan untuk melawan kekuasaan mutlak Babel. Pekerjaan yang dimulainya untuk menentang kekuasaan Babel melalui konfederasi dengan Persia diselesaikan oleh putranya Darius/Kuaxares II, yang menduduki tahta Media ketika Babel jatuh ke tangan tentara Media-Persia."[23] Aeschylus dalam beberapa baris tulisannya menggambarkan masa-masa permulaan konfederasi Media-Persia yang sejalan dengan catatan Xenophon mengenai pergantian tahta raja-raja Media, termasuk Kuaxares II.
Berossus
[sunting | sunting sumber]Berossus adalah seorang penulis Babel yang menghasilkan sejarah Babel, Babyloniaca, sekitar tahun 270 SM. Karyanya dikenal luas pada zaman kuno, tetapi hanya terlestarikan dalam bentuk fragmen-fragmen yang dikutip oleh para penulis di kemudian hari. Suatu fragmen yang menggambarkan penyerangan Babel oleh Koresh dikutip oleh Flavius Yosefus dalam tulisannya Against Apion (1.150-53/1.20). Kutipan dari Berossus itu memberi tarikh penyerangan pada tahun ke-17 pemerintahan Nabonidus, raja Babel, sesuai dengan inskripsi tulisan kuneiform pada "Tawarikh Nabonidus". Bagian Babyloniaca ini juga dikutip oleh Chronicle tulisan Eusebius, suatu karya yang hanya terlestarikan dalam terjemahan bahasa Armenia. Eusebius mengutip Abydenus, seorang eptiomizer Berossus, sebagai sumbernya. Fragment tulisan Berossus yang terlestarikan dalam Against Apion menyatakan bahwa Koresh memberikan Nabonidus provinsi Carmania sebagai tempat tinggalnya. Chronicle tulisan Eusebius mendukung pernyataan ini, tetapi kutipan Abydenus/Berossus menambahkan: "Kepada orang ini [Nabonidus] Koresh memberikan, ketika ia merebut Babel, jabatan gubernur negeri Carmania; [tetapi] raja Darius mengambil sejumlah provinsi itu untuk dirinya sendiri."[24]
Pernyataan Berossus menunjukkan adanya seorang raja bernama Darius yang hidup sejaman dengan Koresh dan Nabonidus. Rujukan pada nama Darius digunakan dalam komentari abad ke-19 tulisan Keil dan Delitzsch dan Lange untuk menyatakan adanya sumber kuno yang mengidentifikasikan orang ini dengan "Darius orang Media" dalam Kitab Daniel.
Harpocration
[sunting | sunting sumber]Harpocration adalah seorang lexicographer yang menulis pada bagian pertengahan akhir abad ke-2 Masehi. Ia dikaitkan dengan perpustakaan besar di Alexandria, dan memiliki akses kepada sumber-sumber kuno yang hilang ketika perpustakaan itu musnah. Karyanya yang terlestarikan adalah The Lexicon of the Ten Orators ("Leksikon Sepuluh Orator"). Dalam keterangan mengenai sebuah mata uang logam daric, ia menulis, "Tetapi daric tidak dinamai sebagaimana banyak orang menduga, menurut raja Darius ayah dari Xerxes, tetapi seorang raja yang lebih kuno." Pada abad ke-19, C. F. Keil, dalam komentari Keil dan Delitzsch mengenai Alkitab Ibrani, mengutip pernyataan Harpocration sebagai bukti di luar Alkitab, khususnya Kitab Daniel, mengenai keberadaan "Darius orang Media" sebagai tokoh sejarah.[25]
Bukti yang melemahkan
[sunting | sunting sumber]Teks kontrak Babel
[sunting | sunting sumber]Ada ribuan contoh dokumen kontrak Babel yang ditulis dalam kuneiform pada tanah liat, kebanyakan belum dipublikasikan. Strassmaeir mempublikasikan 384 teks kontrak yang bertarikh masa pemerintahan Koresh,[26] dan yang lain-lain juga dipublikasikan. Dokumen-dokumen ini memberikan argumen terkuat untuk menyangkal keberadaan Kuaxares II, karena tidak ada yang menyebut nama itu dari yang sudah dipublikasikan. Rowley menulis, "Tidak ada raja yang memerintah di antara Nabonidus dan Koresh, sejak bulan di mana Koresh memasuki Babel, kontrak-kontrak ditulis atas namanya."[27]
Menurut Cyropaedia(8.5.1,17), hanya setelah segala urusan dibereskan di Babel, Koresh mengundang Kuaxares datang ke Babel, di mana telah disediakan sebuah istana untuknya. Jika demikian, maka rakyat Babel akan mengenal Koresh sebagai penakluknya, bukan Kuaxares yang berada di tempat jauh saat penaklukan itu. Steven Anderson, yang mendukung catatan sejarah Xenophon, menulis bahwa Koresh "jelas dianggap sebagai raja baru ketika ia memasuki kota itu dengan prosesi yang dikoreografi secara cermat, dan kedatangannya didahului dan diikuti oleh kampanye propaganda besar-besaran."[28] Anderson juga menyatakan, "Tidak mustahil bahwa ada teks kuneiform yang menyebut Darius orang Media secara keliru oleh para sarjana modern diidentifikasikan dengan salah satu tiga raja Persia yang bergelar 'Darius.' Rujukan apapun terhadap Darius orang Media harus benar-benar eksplisit, kalau tidak maka tidak dapat dibedakan dengan Darius lain."[29]
Silinder Koresh
[sunting | sunting sumber]Silinder Koresh[30] adalah suatu tabung tanah liat yang ditulisi tulisan kuneiform bahasa Akkadia. Tampaknya ditulis tidak lama setelah penaklukan Babel (yang terjadi pada tahun 539 SM) dan sebelum kematian Koresh pada tahun 530 SM. Dalam teks tersirat bahwa orang Persia telah menaklukkan kerajaan Media dalam suatu perang, sebelum menaklukkan Babel, dan ini sesuai dengan catatan Herodotus. Tidak ada penyebutan raja orang Media pada saat kejatuhan Babel, sehingga digunakan sebagai bukti meragukan keberadaan Kuaxares II sebagaimana ditulis oleh Xenophon.
Para sarjana modern melihat silinder tersebut sebagai bagian propaganda untuk memanipulasi pandangan publik melawan raja Babel terakhir, Nabonidus, dan melegitimasi penguasaan Koresh atas Babel.[31][32][33] Digambarkan bahwa Koresh adalah pembebas rakyat Babel yang mengembalikan pemujaan kepada dewa Marduk setelah diabaikan oleh Nabonidus, yang terus menerus disalahkan di sepanjang tulisan itu.
Dinyatakan dalam Silinder Koresh bahwa raja Koresh "membuat negeri Gutium dan seluruh Umman-Manda bersujud takluk di kakinya." Umman-Manda oleh sejumlah ahli dianggap sebagai rujukan pada "Media" yang tunduk di bawah Koresh. Namun, menurut Steven Anderson, ini dapat berarti bahwa Koresh mendapatkan sumpah kesetiaan tentara Media setelah berhasil mengalahkan negeri Lydia dan sekutunya, pada saat Koresh sendiri masih merupakan raja muda di bawah Kuaxares II. Mengenai "takluknya" orang Gutium dan Umman-Manda, Anderson menulis, "Demi membenarkan klaim propaganda yang palsu, juga sebagai kesempatan bagi Koresh untuk meninggikan diri, penting untuk menggambarkan Koresh telah menaklukkan orang Media, bukannya perlahan-lahan mengambil alih kekuasaan atas konfederasi tentara Media Persia setelah meneruskan tahta raja Media terakhir. ... Jika Koresh telah diberi kuasa atas seluruh tentara Media sebelum jatuhnya Babel, pernyataan ini cocok dengan catatan Herodotus maupun Xenophon."[34]
Menurut Xenophon's Cyropaedia (4.6.1-11), Gobryas (atau Gubaru), gubernur Gutium yang tunduk di bawah kerajaan Babel, menaruh kebencian lama terhadap raja Babel. Setelah Koresh mengalahkan Croesus, raja Lydia, Gobryas mendatangi Koresh dan mengindikasikan kesetiaannya. Gobryas diceritakan lebih jelas dalam catatan selanjutnya, memberikan nasihat kepada Koresh bagaimana caranya merebut kota Babel, bahkan memimpin tentara yang merebut kota itu (5.4.41-50; 7.5.8-33). Meskipun bagian ini dipertanyakan karena tujuan Xenophon adalah menggambarkan Koresh sebagai ahli taktik dan diplomasi, tidak ada catatan lain bagaimana orang Gutium menjadi pengikut Koresh, sebagaimana dicantumkan dalam silinder Koresh. Catatan Xenophon didukung oleh "Tawarikh Nabonidus" yang menyebut Gobryas (Ugbaru), sebagaimana dalam Cyropaedia karya Xenophon, sebagai "gubernur Gutium" dan pemimpin tentara Koresh dalam merebut kota Babel. Steven Hirsch menyimpulkan, "Maka Xenophon benar dalam menyatakan bahwa Koresh mendapatkan bantuan dari seorang bernama Gobryas, bekas taklukan Babel yang berperan penting dalam jatuhnya kota Babel. Detail ini tidak ada dalam catatan Herodotus maupun bagian yang terlestarikan dari catatan Ctesias, Persica."[35]
Tawarikh Nabonidus
[sunting | sunting sumber]Tawarikh Nabonidus adalah sebuah dokumen Babel kuno, bagian dari kumpulan besar Tawarikh Babilonia yang ditulis dalam tulisan kuneiform pada lempengan tanah liat. Amélie Kuhrt mendeskripsikan Tawarikh Nabonidus sebagai "catatan kuno yang paling dapat dipercaya dan gamblang mengenai kejatuhan Babel."[36] Namun, Tawarikh ini juga dideskripsikan sebagai "suatu karya propaganda untuk mengagungkan Koresh".[37] Cirinya yang teratur dalam tahun-tahun menunjukkan sumber dokumen yang berasal dari pemerintahan raja Babel, Nabonidus, tetapi disunting besar-besaran untuk menjelek-jelekkan Nabonidus sebagai orang yang mengabaikan perayaan tahun baru di Babel.
Terkait dengan keberadaan Kuaxares II, Tawarikh ini bersesuaian dengan catatan Herodotus bahwa tentara Ishtumegu dari Agamantu (dianggap sebagai Astyages dari Ektabana) memberontak terhadapnya, sehingga "Koresh, raja Anshan" menguasai dan menjarah Agamantu/Ektabana. Ini dianggap mendukung catatan Herodotus mengenai pergantian raja-raja di mana Koresh Agung langsung menggantikan Astyages sebagai raja gabungan Media dan Persia, tanpa diperantarai oleh Kuaxares II. Meskipun ada kesesuaian ini, masih ada persoalan, antara lain bahwa Herodotus dan Tawarikh Nabonidus merupakan saksi-saksi yang saling bergantung. Herodotus mengatakan ada 4 versi yang dimilikinya mengenai pertumbuhan Koresh dan bagaimana ia menjadi raja, tapi Herodotus memilih salah satu saja dalam catatannya (Histories 1.95). Catatan yang dipilihnya tampaknya merupakan pandangan resmi orang Persia; dengan kata lain, kesesuaian Herodotus dengan Tawarikh Nabonidus Chronicle tidak dapat dikatakan sebagai dua kesaksian yang terpisah. Perlu dicatat bahwa Tawarikh Nabonidus mendukung catatan Xenophon dalam menyebutkan Ugbaru/Gobryas, gubernur Gutium, sebagai jenderal tentara yang merebut Babel.
Dalam bagian yang rusak sebagiannya, Tawarikh Nabonidus melaporkan kematian "istri raja". Ini terjadi beberapa waktu sebelum akhir bulan di mana pasukan Koresh merebut Babel. Jika raja itu adalah Koresh, maka kemungkinan yang meninggal adalah istri pertamanya, Cassandane, ibu Cambyses II. Cambyses II sudah cukup tua untuk menjadi putra mahkota/raja muda ketika ayahnya memasuki Babel. Jika Cassandane meninggal pada waktu itu, maka akan menjelaskan bagian dalam Cyropaedia (8.5.19) di mana Kuaxares II, paman Koresh dari pihak ibunya, memberikan putrinya menjadi istri Koresh yang baru kehilangan istrinya, dengan kerajaan Media sebagai maharnya. Kematian istri raja dalam Tawarikh Nabonidus akan menjelaskan mengapa Koresh menikahi seorang ratu lagi ketika sudah separuh baya, sebagaimana dicatat dalam Cyropaedia. Para sejarawan yang menghubungkan kematian permaisuri raja dalam Tawarikh Nabonidus dengan Koresh menikahi istri baru segera setelahnya (Cyropaedia) melihatnya sebagai bukti keberadaan Kuaxares II. Salah satunya adalah William Shea.[38]
Herodotus
[sunting | sunting sumber]Histories (Herodotus) karya Herodotus ditulis antara tahun 450 dan 420 SM.[39] Herodotus tidak memiliki tempat untuk Kuaxares II dalam Histories, karena menurut narasinya Koresh berhasil memimpin pemberontakan melawan kakeknya dari pihak ibu, yaitu Astyages raja Media. Dengan demikian, orang Media menjadi "budak" orang Persia (1.129,130). Herodotus menyatakan bahwa Astyages tidak mempunyai ahli waris laki-laki (1.109); ini dapat dibandingkan dengan pernyataan Xenophon (Cyropaedia 8.5.19) bahwa Kuaxares (II), putra Astyages, tidak mempunyai ahli waris laki-laki. Tiadanya ahli waris laki-laki merupakan bagian penting dalam kisah Herodotus mengenai kelahiran dan pertumbuhan Koresh, suatu kisah yang secara universal dianggap sebagai sebuah adaptasi mitos yang tersebar luas mengenai anak-anak buangan yang kemudian menjadi raja. Permusuhan antara Koresh dan Astyages yang memuncak pada pemberontakan Koresh merupakan bagian integral mitos tersebut, yang dianggap didukung oleh Tawarikh Nabonidus.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Kyrou Paideia 6.3.2, 7.4.16, 8.5.17.
- ^ Kyrou Paideia 4.5.32, 6.1.6.
- ^ Kyrou Paideia 8.5.19.
- ^ a b c Kyrou Paideia 8.6.22, 8.7.1
- ^ Pritchard, p. 316.
- ^ König, Friedrich (1934). Älteste Geschichte der Meder und Perser. Leipzig. hlm. 37–44.
- ^ Herodotus 1.111; Cyrus Cylinder (Pritchard, p. 316).
- ^ Herodotus 1.111; Kyrou Paideia 1.2.1, 8.7.11; Cyrus Cylinder (Pritchard, p. 316).
- ^ Whitcomb, Jr., John C. (1963). Darius the Mede. Grand Rapids: Baker. hlm. 43.
- ^ Gleason L. Archer, Jr., ed. and trans., Jerome’s Commentary on Daniel (Grand Rapids: Baker, 1958), p. 55.
- ^ Otto Zöckler, “The Book of the Prophet Daniel” in John Peter Lange, Commentary on the Holy Scriptures: Critical, Doctrinal, and Ethical, tr. Philip Schaff (Grand Rapids: Zondervan, 1960) Vol. 7, p. 36.
- ^ Schmitt, Rüdigger. "Achaemenid Throne-Names". Annali dell’Istituto Orientale di Napoli. 42: 83–85.
- ^ Johann F. K. Keil, in Keil and Delitzsch Old Testament Commentaries (Grand Rapids: Associated Publishers and Authors, n.d.), Vol. 6, p. 542.
- ^ Zöckler in Lange’s Commentary, p. 36.
- ^ Keil in Keil and Delitzsch, p. 542.
- ^ Pritchard, pp. 362–63
- ^ Beaulieu, Paul-Alain (1989). The Reign of Nabonidus, King of Babylon 554-539 B.C. New Haven, CT: Yale Univ. Press. hlm. 32.
- ^ Yamauchi, Edwin M. (1990). Persia and the Bible. Grand Rapids: Baker. hlm. 346–7.
- ^ Yamauchi, Persia and the Bible, "The northern part of the eastern stairc<ase depicts alternating Persian and Median nobles conversing with each other." p. 347.
- ^ Anderson, Steven D. (2014). Darius the Mede: A Reappraisal. Grand Rapids: Amazon/CreateSpace. hlm. 59, n. 87.
These reliefs make no distinction in official rank or status between the Persian and Median nobility.
- ^ Kranz, Walther (1933). Satsimon: Untersuchungen zu Form und Gehalt der griechischen Tragödie. Berlin: Weidmannsche Buchhandlung. hlm. 209.
- ^ Anderson, Steven D. (2014). Darius the Mede: A Reappraisal. Grand Rapids: Amazon/CreateSpace. hlm. 117.
- ^ Anderson Darius the Mede: A Reappraisal, p. 117.
- ^ Josef Karst, ed., Die Chronik aus dem Armenischen übersetzt mit textkritischem Commentar. Vol 5 of Eusebius Werke. Die griechischen christlichen Schriftseller der ersten drei Jahrhunderte, vol. 20 (Leipzig: J. C. Hinrichs, 1911) p. 246.
- ^ Keil in Keil and Delitzsch, p. 548, note 1. Keil menyediakan tujuh halaman untuk mendiskusikan pentingnya tulisan Xenophon dalam membuktikan ketepatan catatan Kitab Daniel. Rujukannya pada Harpocration dan Berossus dalam menyinggung nama Darius lebih awal dari Darius Hystpases dikutip ulang oleh Zöckler dalam Lange’s Commentary. Kedua komentari ini masih dicetak sampai sekarang.
- ^ J. N. Strassmeier, ed., Inschriften von Cyrus, König von Babylon (538-529 v. Chr.), Babylonische Texte, vol. 7 (Leipzig: Eduard Pfeiffer, 1890).
- ^ Rowley, H. H. (1935). Darius the Mede and the Four World Empires in the Book of Daniel: A Historical Study of Contemporary Theories. Cardiff: University of Wales Press Board. hlm. 43.
- ^ Anderson, Darius the Mede: A Reappraisal, p. 100.
- ^ Anderson, Darius the Mede: A Reappraisal, p. 98, n. 118.
- ^ Pritchard, pp. 315–16
- ^ Beaulieu, Reign of Nabonidus p. 143.
- ^ Pierre Briant, From Cyrus to Alexander: A History of the Persian Empire, trans. Peter T. Daniels (Winona Lake IN: Eisenbrauns, 2002), pp. 41-43).
- ^ A. Kuhrt, "The Cyrus Cylinder and Achaeminid Imperial Policy" in Journal for the Study of the Old Testament 25 (1983) pp. 83-94.
- ^ Anderson, Darius the Mede: A Reappraisal, pp. 69-70.
- ^ Hirsch, Steven W. (1985). The Friendship of the Barbarians: Xenophon and the Persian Empire. Hanover and London: University Press of New England. hlm. 77.
- ^ Kuhrt, Amélie. "Babylonia from Cyrus to Xerxes", in The Cambridge Ancient History: Persia, Greece, and the Western Mediterranean, C. 525-479 B.C, pp. 112-138. Cambridge University Press, 1988. ISBN 0-521-22804-2
- ^ Wiesehöfer, Josef (trans. Azodi, Azizeh). Ancient Persia: From 550 BC to 650 AD, p. 49. I.B.Tauris, 2001. ISBN 1-86064-675-1
- ^ Shea, William H. (1989). "Darius the Mede in His Persian-Babylonian Setting". Andrews University Seminary Studies. 29 (3): 226–30.
- ^ Marincola, John (2001). Greek Historians. Oxford: Oxford Univ. Press. hlm. 24.
Pustaka
[sunting | sunting sumber]- Pritchard, James B., ed. (1969). Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old Testament. Princeton: Princeton Univ. Press.
- Cyrus Cylinder Diarsipkan 2007-02-24 di Wayback Machine. Full Babylonian text of the Cyrus Cylinder as it was known in 2001; translation; brief introduction.
- Xenophon, Cyropaedia: the education of Cyrus, ("Cyropaedia: Pendidikan Koresh") diterjemahkan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Inggris oleh Henry Graham Dakyns dan disunting oleh F.M. Stawell, Project Gutenberg.